Muhammad Nasri
Sejarah Public Relations
From
Wikipedia
Di
dunia
Konsep dasar
Humas diperkenalkan pada tahun 1906 oleh
Ivy Lee saat ia berhasil menjembatani konflik buruh batubara dan pengusaha.
Konsep ini lalu dikenal sebagai Declaration of Principle (Deklarasi Azas-Azas Dasar) yaitu prinsip yang
terbuka dan tidak menyembunyikan data dan fakta.
Di
Indonesia
Humas di Indonesia dikenal pada tahun
1950an dimana humas bertugas untuk menjelaskan peran dan fungsi-fungsi setiap
kementrian, jawatan, lembaga, badan, dan lain sebagainya.
Menelisik
Sejarah Public Relations
from article of Iwan Awaluddin Yusuf
Dalam
perkembangannya, sejarah humas bisa dikatakan sama tuanya dengan keberadaan
masyarakat itu sendiri. Fungsi humas selalu berjalan seiring dengan peradaban.
Misalnya pada zaman lampau, humas digunakan untuk mempromosikan citra seseorang
sebagai pejuang atau raja. Ini populer dilakukan pada zaman peradaban kuno
seperti Sumeria, Babylonia, Assyria, dan Persia. Bangsa-bangsa tersebut
menggunakan puisi dan berbagai bentuk tulisan untuk mempromosikan kemampuan
mereka dalam pertempuran dan politik.
Tokoh-tokoh Bangsa Romawi dan Bangsa Mesir
Kuno juga menggunakan laporan-laporan atau tulisan-tulisan dalam mencapai
tujuan-tujuan politik mereka. Sebutlah Julius Caesar dari Romawi. Pada
abad 17 mulai muncul kebutuhan akan perlunya pihak ketiga untuk memfasilitasi
komunikasi antara pemerintah dengan rakyat. Seiring dengan informasi yang
menyebar dalam bentuk baru—seperti penerjemahan kitab suci (injil) dari Latin
ke dalam berbagai bahasa, melalui buku cetakan massal, dan surat
kabar—komunikasi publik semakin marak. Pada 1792, Dewan Nasional Prancis
mendirikan kementrian propaganda yang merupakan salah satu institusi
pemerintahan. Institusi ini merupakan bagian dari lembaga kementrian neagra
Prancis. Institusi ini mempekerjakan para editor dan pegawai ke berbagai
wilayah untuk memenangkan Revolusi Prancis.
Pada
era 1700-an, para tokoh hubungan masyarakat seperti Paul Revere, Banjamin
Franklin, John Peter Zenger, Samuel Adamas, Alexander Hamilton, James Madison,
dan John Jay yang mengawaki masa-masa pemberontakan kolonial di Amerika
Serikat. Akhirnya pada tahun 1787-1788 Hamilton, Madison, dan Jay mendapat
kemenangan dengan adanya ratifikasi surat-surat yang mereka dapat dalam bentuk
ratifikasi. Surat ini dikenal sebagai Federalist Paper.
Dokumen penting lain yang dibuat oleh para pendiri Amerika adalah; Deklarasi
Kemedekaan, Konstitusi, dan Bill of Rights yang bukan
saja masterpiece dalam bidang politik dan filsafat, tapi
juga masterpiece dalam bidang humas. Diakui atau tidak, banyak legenda
sejarah Amerika Serikat yang sebenarnya merupakan hasil kampanye hubungan
masyarakat.
Meski sejarah humas bisa dirunut sejak
abad XV, namun baru pada abad XIX atau permulaan abad XX dunia hubungan
masyarakat mengalami perkembangan pesat. Perusahaan-perusahaan mulai memahami
arti penting publisitas dalam menarik pelanggan dan penanam modal. Perusahaan
di seluruh pelosok Amerika Serikat mendirikan biro pers untuk menangani
penyebaran berita yang nyaman buat mereka, dan yang tidak menyenangkan untuk
pesaing mereka. Perusahaan yang saling bersaing ini menyiarkan kepentingan
masing-masing melalui peran hubungan masyarakat.
Asosiasi
perdagangan terjebak pada demam hubungan masyarakat sejak akhir 1800-an.
Asosiasi Jalan Kereta Api contohnya, mengklaim sebagai organisasi pertama yang
menggunakan istilah hubungan masyarakat untuk kali pertama pada buku terbitan
mereka tahun 1897 berjudul Year Book of Railway Literature. Pada tahun 1900-an hubungan masyarakat
berkembang dari agen pers perseorangan dan penerbit menjadi firma konsultasi
yang memberikan jasa pelayanan sebagai ahli pada bidang tersebut. Perusahaan
publisitas pertama adalah Biro Publisitas yang didirikan di Boston pada tahun
1900.
Pada dekade awal 1900an pada
kantor-kantor di level lokal dan nasional muncul departemen hubungan
masyarakat. Pada tahun 1970-an hampir semua lembaga nonkomersial memiliki
bagian humas yang merupakan bagian dari lembaga tersebut, atau jasa
konsultasi humas dari luar. Bidang humas di lembaga nonkomersial ini
lebih kecil daripada perusahaan-perusahaan korporat, namun memiliki peran yang
sama pentingnya. Mereka membantu organisasi dalam membangun kepedulian
masyarakat, meningkatkan pendapatan, mempengaruhi pembuatan undang-undang, dan
lain sebagainya.
Salah
seorang tokoh yang dianggap perintis dalam dunia humas abad dua puluh adalah
Ivy Ledbetter Lee seorang mantan wartawan yang pada tahun 1904 bergabung dengan
George Parker. Dia tidak memakai istilah hubungan masyarakat, tapi dia meyakini
suatu pandangan bahwa bisnis harus menyampaikan cerita dengan jujur, akurat,
dan terbuka untuk memenangkan pemahaman dan dukungan dari masyarakat. Di
Amerika bidang hubungan masyarakat mengalami masa kematangan pada tahun 1964
ketika lembaga ini menjadi perusahaan yang profesional. Ratusan agen humas
besar dan kecil didirikan, dan lebih dari 100 ribu praktisi bergerak di dunia
bisnis, pemerintah, dan perusahaan nonprofit. Salah
satu penyebab utama dari pertumbuhan humas ini adalah munculnya permasalahan
politik di dunia.
Public Relations di Era Modern
Pada
akhir tahun 1990-an ketika terjadi era booming dot.com,
praktisi hubungan masyarakat menggunakan berbagai peralatan dan teknologi mulai
dari pensil, kertas hingga PDA dan internet. Pada tahun 1990-an alat dominan
yang dipergunakan adalah siaran pers dan press kit. Press rilis digunakan untuk
menyampaikan berita-berita informasi umum terhadap para editor dan reporter.
Meskipun alat dan teknologi konvensional tetap mendominasi praktik hubungan
masyarakat, namun peralatan dan teknologi baru yang mendasari perkembangan
terakhir dalam bisa video, audio, dan komunikasi komputer dengan cepat
menggantikannya. Berbagai bentuk teknologi baru tersebut memungkinkan praktisi
hubungan masyarakat mendapat kesempatan yang tidak mereka duga dalam menjangkau
jutaan orang. Jarak jangkau jutaan orang tersebut sesuatu yang tidak
memungkinkan di masa lalu.
Beberapa
metode baru yang digunakan oleh praktisi hubungan masyarakat diantaranya
adalah; Video
News Releases (VNRs) yang merupakan cerita siap tayang
di televisi yang disiapkan untuk program berita gratis selama penanyangan.
Rilis berita video ini seringkali digunakan bagi penyebaran informasi
kesehatan, layanan pelanggan, kemajuan teknologi, serta cerita bisnis. Metode
lain adalah webscast yang merupakan produksi siaran yang menggabungkan
video streaming dan audio. Biasanya webcast digunakan untuk mengirimkan press conference langsung atau even-even lain dengan target massa
tertentu.
Rilis
interaktif merupakan informasi yang dikirim melalui email atau
ditampilkan pada situs untuk dilihat oleh masyarakat secara umum. Biasanya
rilis interaktif ini berisi dari siapa, apa, kapan, dimana, dan mengapa dari
topik yang disiarkan, serta biasanya ditambah dengan link yang mengarahkan
penerima rilis pada informasi tertentu seperti brosur atau foto-foto. Fungsi
humas juga berkaitan dengan komunikasi organisasi dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang mempengaruhi layanan masyarakat dari perusahaan atau
pekerja sebagai pemberitahuan awal dalam isu-isu yang muncul berkaitan dengan
keberhasilan organisasi. Humas juga berfungsi sebagai pendukung manajemen
dengan penekanan pada publisitas, promosi, dan hubungan media.Di antara berbagai macam peran humas, publisitas dan
hubungan media merupakan yang paling penting. Lebih dari 70 persen dari sepekan
para praktisi humas bekerjasama dengan pers untuk meliput berita bagi klien
mereka.
Hubungan masyarakat yang baik akan
memberikan banyak keuntungan seperti kredibilitas dan akuntabilitas, indentitas
publik yang lebih kuat, dan peliputan pers yang lebih kooperatif, sensitifitas
yang lebih besar terhadap kebutuhan masyarakat. Hubungan masyarakat yang jelek
bisa bertahan, seringkali karena orang yang bertugas di bidang humas
menjalankan tugasnya kurang baik, atau perusahaan yang menyewa mereka berjalan
diluar kepentingan publik.
Salah satu contoh klasik dari humas yang
jelak adalah apa yang dilakukan oleh perusahaan minyak Exxon pada musibah yang
mengenai salah satu tankernya, Exxon Valdez pada tahun 1989 yang beroperasi di
sekitar Valdez, Alaska, menumpahkan lebih dari 250 juta gallon minyak mentah.
Musibah tersebut merupakan kejadian terbesar yang pernah terjadi di Amerika
Utara yang berpengaruh pada lebih 1200 square meter samudra, dan merusak lebih
dari 600 mil pantai, dan menewaskan lebih dari 4000 mamalia laut.
Setelah musibah terjadi pemimpin Exxon saat
itu, Lawrence Rawl memutuskan untuk tidak mengunjungi lokasi kejadian, dan
aktivitas tersebut diartikan oleh penduduk di sekitar wilayah tumpahan sebagai
bentuk kesombongan. Dia juga tidak memberikan komentar mengenai musibah
tersebut sepanjang minggu, dan perusahaan mendirikan pusat media di New York
dan bukan di Valdez.
Tindakan tersebut mengakibatkan serangan
dari media sebagai sikap yang tidak responsif, dan sentimen massa beralih
kepada mereka. Setelah semua urusan dipenuhi, musibah tersebut mengharuskan
perusahaan Exxon mengeluarkan lebih dari $ 2,5 miliar uang untuk membersihkan
laut, biaya hukum, dan berbagai pengeluaran lain.
Beberapa kritik terhadap bidang hubungan
masyarakat adalah; humas profesional diciptakan untuk merancukan
pandangan masyarakat dan untuk mewakili kepenytingan dari perusahaan yang besar
yang menggunakan fasilitas masyarakat. Di masa lalu praktek humas adakalanya
melakukan photo atau berita fiktif untuk mempromosikan apa yang menjadi
kepentingan mereka. Saat ini profesi hubungan masyarakat menggunakan pendekatan
baru untuk memahami implikasi dan menghindari penyalahgunaan profesi
jurnalistik.
Praktisi
humas profesional saat ini memegang sarjana di berbagai bidang seperti
ilmu-ilmu sosial, jurnalisme, pemasaran, komunikasi masa dan sastra Inggris.
Juga lebih dari pendidikan tinggi di Amerika menawarkan program dalam bidang
humas. Para praktisi meningkatkan efektifitas klien mereka untuk menentukan
bagaimana efektifitas kerja mereka. Beberapa contoh dari riset tersebut adalah;
melalukan evaluasi pengawasan terhadap monitoring, analisis trend, serta
berbagai bentuk aktivitas lainnya yang bertujuan menggali feedback dari klien dan masyarakat.
Hubungan Masyarakat di Indonesia
Saat ini, istilah Public Relations di
Indonesia sekarang sudah semakin dikenal. Berbeda pada masa tahun tujuh puluhan
bahkan pada tahun delapan puluhan, masih banyak masyarakat masih bertanya-tanya
mengenai istilah Public Relations. Bahkan sempat ada sebuah citra negatif yang
terbentuk bagi seorang perempuan yang berprofesi sebagai PR karena identik
dengan kerja lobi, menemani, dan menyenangkan tamu.
Jika ditelusuri dari perjalanan panjang
sejarah perdaban, praktik humas di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak zaman
Mataram atau sejak Panembahan Senopati ketika mengumumkan bahwa ia dan
keturunannya merupakan pasangan dan mendapatkan lindungan dari Ratu Pantai
Selatan. Ini dibuat untuk menyaingi adipati-adipati pantai utara yang lebih
bisa mendapat restu Para Wali.
Dalam konteks modern, sejarah Humas di
Indonesia dimulai sejak tanggal 18 Agustus 1945 ketika Bung Karno
memutuskan menunda siding PPPKI ketika memberikan keterangan Pers mengenai
pemilihan Presiden sebelum merumuskan UUD. Tapi para ahli sejarah humas sepakat
menayatakan bahwa Humas Otentik yang berlaku di indonesia dimulai sejak
proklamasi 17 Agustus 1945. Berikutnya seiring dengan kemajuan teknologi,
proyek mercusuar membentuk citra dengan adanya Radio Republik Indonesia (RRI)
dan Televisi Republik Indonesia (TVRI). Dalam perkembangannya pemerintah membentuk
DEPPEN, Setneg, Jubir, DEPKOMINFO dan lain-lain. Di era saat ini banyak orang
atau perusajhaan menggunakan jasa PR Consultants seperti John Hopkins, Inscore,
Adcom, dll.
Menurut Onong Uchjana Effendy (1991:
12), public relations di Indonesia dimulai sejak tahun 1950. Perkembangan
hubungan masyarakat di Indonesia bergerak menyertai kondisi politik dan
kenegaraan saat itu. Pada waktu itu pemerintah Indonesia menyadari perlunya
rakyat Indonesia untuk mengetahui segala perkembangan yang terjadi sejak
pengakuan kedaulatan Indonesia oleh kerajaan Belanda. Berawal dari pemikiran
tersebut maka kegiatan kehumasan mulai dilembagakan dengan menyandang nama
hubungan masyarakat karena kegiatan yang dilakukan lebih banyak untuk ke luar
organisasi.
Menurut
Rhenald Kasali dalam bukunya Manajemen PR disebutkan
bahwa PR di Indonesia mulai berkembang seiring dengan perkembangan PR di dunia
atau Asia. Public Relations awalnya digunakan untuk kepentingan usaha dalam
bentuk seperti Olimpiade Korea Selatan, Glassnot Perestroika, Kasus Lemak Babi
1988, dan lain-lain. Olimpiade yang diselenggarakan oleh tuan rumah Korea
Selatan di tahun 1988 menggunakan salah satu jasa konsultan PR. Olimpiade
adalah suatu event international menyita perhatian semua orang bahkan samapai
saat ini. Sebagai tuan rumah, Korea Selatan ingin bangkit menunjukkan eksitensi
dirinya yang memang salah satu keinginannya adalah membuka pasar di dunia untuk
memasarakan produk – produknya. Dalam kaitan inilah PR berfunngsi. Public
Relations digunakan oleh pihak swasta di Indonesia pertama kali oleh PERTAMINA,
sebuah perusahaan minyak. Public Relations di Indonesia memang sudah banyak
digunakan baik itu di pihak pemerintah maupun swasta di berbagai sektor. Konsep
Public Relations dipahami dan digunakan oleh pihak–pihak tersebut dengan
berbagai macam pemahaman dan berbagai macam bentuk implementasinya. (Iwan Awaluddin Yusuf)
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Indonesia, peneliti di Pusat Kajian Media dan Budaya Populer (PKMBP) dan
Pemantau Regulasi dan Regulator Media (PR2MEDIA)Yogyakarta.
Berikut gambaran kronologis PR di dunia:
Abad ke-19 :
PR di Amerika dan Eropa merupakan program studi yang mandiri didasarkan pada perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi.
PR di Amerika dan Eropa merupakan program studi yang mandiri didasarkan pada perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi.
1865-1900 :
Publik masih dianggap bodoh
Publik masih dianggap bodoh
1900-1918 :
Publik diberi informasi dan dilayani
Publik diberi informasi dan dilayani
1918-1945 :
Publik diberi pendidikan dan dihargai
Publik diberi pendidikan dan dihargai
1925 :
Di New York, PR sebagai pendidikan tinggi resmi
Di New York, PR sebagai pendidikan tinggi resmi
1928 :
Di Belanda memasuki pendidikan tinggi dan minimal di fakultas sebagai mata kuliah wajib. Disamping itu banyak diadakan kursus-kursus yang bermutu
Di Belanda memasuki pendidikan tinggi dan minimal di fakultas sebagai mata kuliah wajib. Disamping itu banyak diadakan kursus-kursus yang bermutu
1945-1968 :
Publik mulai terbuka dan banyak mengetahui
Publik mulai terbuka dan banyak mengetahui
1968 :
Di Belanda mengalami perkembangan pesat. Ke arah ilmiah karena penelitian yang rutin dan kontinyu. Di Amerika perkembangannya lebih ke arah bisnis.
Di Belanda mengalami perkembangan pesat. Ke arah ilmiah karena penelitian yang rutin dan kontinyu. Di Amerika perkembangannya lebih ke arah bisnis.
1968-1979 :
Publik dikembangkan di berbagai bidang, pendekatan tidak hanya satu aspek saja
Publik dikembangkan di berbagai bidang, pendekatan tidak hanya satu aspek saja
1979-1990 :
Profesional/internasional memasuki globalisasi dalam perubahan mental dan kualitas
Profesional/internasional memasuki globalisasi dalam perubahan mental dan kualitas
1990-sekarang :
a. Perubahan mental, kualitas, pola pikir, pola pandang, sikap dan pola perilaku secara nasioal/internasional
b. membangun kerjasama secara lokal, nasional, internasional
c. saling belajar di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, Iptek, sesuai dengan kebutuhan era global/informasi
a. Perubahan mental, kualitas, pola pikir, pola pandang, sikap dan pola perilaku secara nasioal/internasional
b. membangun kerjasama secara lokal, nasional, internasional
c. saling belajar di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, Iptek, sesuai dengan kebutuhan era global/informasi
Bahan Referensi :1) Abdurrachman,
Oemi. 1993. Dasar-dasar Public Relations. Bandung: Citra Aditya Bakti
2) Effendy, Onong Uchjana. 1999. Hubungan Masyarakat. Suatu Study
Komunikologis. Cetakan ke lima. Bandung: Remaja Rosdakarya.3) Jefkins,
Frank dan Daniel Yadin. 1996. Public Relations. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
4) Kasali, Rhenald. 2005. Manajemen Public Relations. Jakarta: Grafiti
5) Moore, Frazier. 2004. Humas, Membangun Citra dengan Komunikasi.
Bandung: Rosda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar