PROGRAM PR
Menurut Dominick (2000),strategic plans involve
long range,general goals that the organization wishes to
achieve (rencana strategis mencakup tujuan jangka panjang dan bersifat
umum yang ingin dicapai perusahaan). Rencana strategis disusun oleh management
puncak. Sedangkan rencana taktis berrsifat lebih spesifik yang merinci tugas
yang harus dicapai oleh masing-masing organisasi yang ada pada perusahaan untuk
mencapai rencana strategis yang sudah ditetapkan.
Perencanaan merupakan bagian yang sangat penting dan
dapat dikatakan menjadi hal yang fundamental dalam pekerjaan humas yang
dijalankan oleh para praktisi PR. Kampanye humas mencakup hal-hal seperti
menetapkan tujuan yang hendak dicapai,mempertimbangkan alternatif-alternatif
yang nantinya akan tersedia sebagai jalan kedua dalam menjalankan suatu
proses,menilai dan memperhitungkan suatu resiko yang akan diterima dan manfaat
dari masing-masing alternatif yang dipilih,memutuskan suatu keputusan sebagai
suatu arah tindakan,menetapkan besarnya anggaran,serta mendapatkan persetujuan
dan dukungan yang dibutuhkan dari pihak manajemen perusahaan.
Bentuk konkret dari suatu rencana adalah program
kerja. Setiap praktisi humas dituntut untuk dapat menyusun program
kerjanya,baik untuk program jangka panjang maupun jangka pendek. Program kerja
harus dipersiapkan secara cermat dan hati-hati agar dapat memberikan hasil yang
nyata. Tanpa adanya program yang terencana,praktisi humas hanya berkerja
berdasarkan naluri atau insting saja sehingga mudah kehilangan arah,mudah
tergoda terhadap hal-hal yang baru.Hal tersebut membuat praktisi humas sulit
memantau sejauh mana hasil yang sudah dicapai.
1. Empat alasan perencanaan program Public Relations
Perencanaan
program public relations adalah suatu bentuk kegiatan yang terintegrasi pada
suatu proses awal dalam pembentukan suatu image positif bagi suatu organisasi.
Hal ini dikarenakan dalam membentuk suatu image positif itu harus
dimulai dengan adanya suatu program yang sudah terencana dengan baik dan
matang. Maka dari itu setiap program yang akan dijalankan harus memiliki suatu
perencanaan pogram.Terdapat empat alasan yang paling penting bagi perlunya
perencanaan Public Relations. Keempat alasan tersebut meliputi:
(a) Untuk menetapkan
target-target operasi Public Relations yang nantinya akan menjadi tolak ukur
atas segenap hasil yang diperoleh.
(b) Untuk
memperhitungkan jumlah jam kerja dan berbagai biaya yang diperlukan.
(c) Untuk menyusun
skala prioritas guna menentukan jumlah program dan waktu yang diperlukan untuk
melaksanakan segenap program Public Relations yang telah
diprioritaskan itu.
(d) Untuk menentukan
kemungkinan pencapaian tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan ketersediaan staf
pendukung atau personil yang mencukupi,dukungan dari berbagai peralatan fisik
seperti alat-alat kantor,mesin cetak,kamera,kendaraan,dan sebagainya,serta
anggaran dana yang tersedia.
Tanpa adanya suatu program kerja yang terencana dengan
baik,seorang praktisi Public Relations akan terpaksa beroperasi secara instingtif
sehingga seorang praktisi Public Relations mudah kehilangan arah dalam
kinerjanya. Hal ini akan berdampak pada praktisi Public Relations akan terbawa
pada hal-hal baru,sementara hal-hal yang lama belum terselesaikan. Pada
akhirnya,seorang praktisi Public Relations akan sulit memantau kinerjanya dan
sejauh mana kemajuan yang sudah dicapai dan hasil konkret apa saja yang telah
dihasilkan.
2. Enam langkah dalam model perencanaan public relation
Di dalam model perencanaan public relation,terdapat
enam langkah yang sudah diterima secara luas dan dijalankan secara berkala oleh
para praktisi public relation. Diantara enam langkah tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Pengenalan
situasi
b. Penetapan tujuan
c. Definisi
khalayak
d. Pemilihan media
dan teknik-teknik public relation
e. Perencanaan
anggaran
f. Pengukuran hasil
Pengenalan situasi
3. Perencanaan logis
Ini merupakan prosedur penyusunan rencana yang
didasarkan pada pencapaian tujuan. Tentu saja, keberhasilan akhirnya ditentukan
oleh keahlian dan definisi proses pelaksanaannya. Kunci utama dalam menyusun
suatu rencana secara logis adalah pemahaman terhadap situasi yang ada. Sebelum
kita merumuskan program public relation, kita perlu mengetahuki titik awalnya.
Misalnya kita harus mengethui secara pasti seperti apa citra organisasi dimata
khalayaknya. Untuk memahami situasinya, kita memerlukan data informasi atau
data intelijen. Keberadaan audit suatu komunikasi, suatu studi mengenai situasi-situasi
internal maupun ekaternal yang dihadapi organisasi adalah penting.
4. Proses transfer public relation
|
|
||||||
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
Situasi
negatif situasi
positif
Pada situasi tersebut, tujuan yang hendak dicapai
adalah mengubah empat sikap negatif menjadi empat sikap positif. Melalui
pengubahan tersebut diharapkan pada akhirnya akan dicapai suatu pengetahuan
yang dapat menumbuhkan pemahaman yang baik. Tujuan paling mendasar kegiatan PR
adalah penciptaan pemahaman. Kadangkala pemahaman ini dapat menjadi sesuatu
yang disukai atau malah dibenci orang. PR tidak sekedar hanya merupakan suatu
usaha untuk membuat oang lain berfikir bahwa tingginya tingkat kehebatan
seorang praktisi PR bagi suatu organisasi. Namun, hal tersebut merupakan tujuan
lanjutan, karena tidak mungkin menciptakan toleransi tanpa adanya suatu
pengertian yang positif.
5. Kompromi yang diperlukan
Dengan menyadari berbagai kesulitan dalam melaksanakan
proses transfer PR dari sikap negatif menjadi sikap positif,
membentuk suatu stigma positif bagi para khalayak maka setiap
praktisi PR harus selalu bersikap realistis dan tidak sampai terjebak dalam
sikap optimisme yang cenderung berlebihan. Ada baiknya jika seorang praktisi PR
menetapkan suatu target yang wajar, misalnya saja menaikkan tingkatan
persentase khalayak yang akan bersedia memahami. Angka ini mungkin
saja akan meningkat dengan adanya suatu kegiatan kampanye PR yang sukses
dilancarkan dan dijalankan selama beberapa tahun.
6. Penyelidikan kasus
Hal ini dimanfaatkan untuk dapat memahami situasi yang
ada dan teraktual untuk mengetahui bagaimana keadaan diluar yang sedang
berkembang. Maka dari itu,seorang praktisi PR perlu untuk mengadakan suatu
investigasi atau penyelidikan tentang suatu rumor yang berkembang yang
selanjutnya dapat digunakan dan menjadi langkah awal dalam pengumpulan
pendapat. Investigasi itu sendiri bisa dilakukan melalui suatu observasi atau
melalui suatu studi informasi dan statistic. Tetapi kalau tidak ada informasi
pendukung yang dapat diandalkan, maka kita harus mengadakan penelitian secara
khusus dan mendalam.
7. Pengumpulan pendapat
Pengumpulan pendapat merupakan suatu proses awal dalam
memantau opini public agar seorang praktisi PR mengetahui rumor apa yang sedang
berkembang. Hal ini juga merupakan salah satu metode yang paling sering
digunakan oleh para praktisi public relation untuk pengumpulan pendapat atau
opini sebagai studi sikap dimana seseorang pewawancara akan mengajukan
serangkaian pertanyaan kepada sejumlah responden sampel yang dianggap cukup
mewakili suatu khalayak yang hendak dituju. Selanjutnya, jawaban-jawaban merek
dikelompokan menurut kategori tertentu. Sampel itu sendiri bisa dibentuk atas
dasar jenis kelamin, status perkawinan, kelompok umur, strata status sosial
ekonomi.
Pada proses pelaksanaan program pulic relation yang
selanjutnya, perlu diberlakukan beberapa penelitian atau survei lanjutan dengan
selang waktu sekitar enam bulan untuk mencatat berbagi
perubahan yang terjadi ats pendapat, sikap, atau tingkat pemahaman
orang-oramg yang menjadi khalayak kita. Titik berat public relation itu
terletak pada upaya mempengaruhi perubahan-perubahan, bukan untuk langsung
memaksakan atau merekayasa suatu citra yang dianggap menguntungkan bagi
organisasinya. Justru hal tersebut dapat menjadi boomerang tersendiri bagi
perusahaan terkait.
8. Pemecahan masalah
Setelah seorang praktisi PR mampu mengenali situasinya
dengan baik, maka seorang praktisi PR akan dapat mengenali masalah-masalah yang
ada serta mencari cara untuk memecahkannya masalah tersebut. Melalui kegiatan
PR,suatu organisasi atau perusahaan dapat mengetahui dengan baik
permasalahannya yang menjadi kendala dan mengetahui jalan keluarnya. Seorang
praktisi PR harus mampu meluruskan berbagai permasalahan tersebut,karena
seorang praktisi PR merupakan ujung tombak bagi perusahaan. Selain pemecahan
masalah,seorang praktisi PR yang baik juga harus mampu menciptakan suatu
pemahaman positif yang sesuai dengan keadaan sebenarnya kepada para
khalayak sebagai pembentukan suatu brand image positif. Di lain pihak, PR yang
buruk adalah PR yang mencoba memberikan suatu gambaran yang tidak sesuai dengan
kenyataan sesungguhnya kepada khalayak. Keberadaan sikap negatif ini, sifatnya
atau alasan keberadaannya mungkin tidak diperkirakan terjadi dalam organisasi
oleh para khalayak.
9. Metode-metode pengenalan situasi
Pengenalan situasi ini merupakan langkah yang penting
dalam menjalankan sebuah proses didalam mengumpulkan berbagai opini publik dari
berbagai sumber terkait dan mengetahui keadaan sekitar tentang opini dan berita
apa yang sedang berkembang dan bagaimana keadaan dari tingkat persaingan antar
organisasi. Pengenalan situasi juga berpengaruh untuk menentukan suatu
kebijakan tertentu untuk kedepannya dan langkah apa saja yang akan
diambil,sehingga dapat dikatakan langkah ini dilakukan suatu proses awal dalam pembentukan
suatu perencanaan.
Cara untuk mengenali situasi sebenarnya lebih dari
sekedar pengumpulan pendapat. Banyak cara yang bisa dilakukan, antara lain:
a. Survei-survei
yang khusus diadakan untuk mengungkapkan pendapat, sikap-sikap masyarakat, atau
citra organisasi dimata khalayaknya.
b. Pemantauan
beita-berita di media massa
c. Tinjauan
terhadap kecenderungan angka dan grafik penjualan serta menelaah berbagai
indikasi yang terkandung didalam laporan-laporan tahunan.
d. Tinjauan terhadap
kondisi-kondisi persaingan pada umumnya dipasar.
e. Tinjauan
terhadap fluktuasi harga-harga saham (jika organisasi anda adalah sebuah
perusahaan yang telah go public), survei terhadap pendapat umum dikalangan para
pelaku pasar bursa, penafsiran angka deviden, serta penelaah data neraca
keuangan.
f. Situasi hubungan
industrial pada umumnya (antara lain berupa frekuensi pemogokan dan protes
terhadap suatu kebijakan dari pihak manajemen yang mencakup berbagai hal
seperti angka gaji, fasilitas kerja dan sebagainya).
g. Keluhan
konsumen, penerimaan produk, serta laporan atas hasil uji coba produk dipasar.
h. Diskusi mendalam
dengan para petugas penjualan serta para distributor.
i. Tinjauan secara
seksama terhadap berbagai kekuatan pasar mulai dari yang bersifat ekonomis,
sosial, hingga yang berdimensi politis.
j. Sikap-sikap
tokoh-tokoh masyarakat.
10. Definisi Tujuan
Ruang lingkup tujuan PR itu sendiri ternyata
sedemikian luasnya. Namun sehubungan dengan keterbatasan sumber daya, maka kita
harus selalu membuat skala prioritas. Tujuan itu sendiri merupakan suatu
cita-cita dari perusahaan yang akan menjadi modal pedoman dalam menentukan
program dan menjadi kompas kinerja bahwasanya kearah mana perusahaan ini akan
dibawa,tujuan akan menentukan proses program seperti apa yang akan dibangun dan
dibentuk serta sekaligus dijalankan oleh seorang praktisi PR untuk hal
yang positif.
Dari sekian banyak hal yang bisa dijadikan
tujuan kegiatan PR sebuah perusahaan, beberapa diantaranya yang pokok adalah
sebagai berikut :
a. Untuk mengubah
citra umum di mata khalayak sehubungan dengan adanya kegiatan-kegiatan baru
yang dilakukan oleh perusahaan.
b. Untuk
meningkatkan bobot kualitas para calon pegawai.
c. Untuk
menyebarluaskan cerita sukses yang telah dicapai oleh perusahaan kepada
masyarakat dalam rangka mendapat pengauan.
d. Untuk
memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat luas serta membuka pasar-pasar
ekspor baru.
e. Untuk
mempersiapkan penerbitan saham tambahan atau karena adanya perusahaan yang akan
go public.
f. Untuk
memperbaiki hubungan antara perusahaan itu dengan khalayaknya, sehubungan
dengan telah terjadinya suatu peristiwa yang mengakibatkan kecaman,kesangsian,
atau alah paham dikalangan khalayak terhadap niat baik perusahaan.
g. Untuk mendidik
para pengguna atau konsumen agar mereka lebih efektif dan mengerti dalam
memnfaatkan produk-produk perusahaan.
h. Untuk meyakinkan
khalayak bahwa perusahaan mamu bertahan atau bangkit kembali setelah terjadinya
suatu krisis.
i. Untuk
meningkatkan kemampuan dan ketahanan perusahaan dalam menghadapi resiko
pengambilalihan (take over)
j. Untuk
menciptakan image dan identitas perusahaan yang baru.
k. Untuk mendukung
keterlibatan perusahaan sebagai sponsor dari penyeenggaraan suatu acara.
l. Untuk memastikan
bahwa para politisi benar-benar memahami kegiatan –kegiatan atau produk
perusahaan yang positif , agar perusahaan yang bersangkutan terhindar dari
peraturan, undang-undang, dan kebijakan pemerintah yang merugikan.
m. Untuk
menyebarluaskan kegiatan-kegiatan riset yang telah dilakukan perusahaan.
11. Faktor-faktor yang harus diperhitungkan dalam penetapan skala prioritas
Setiap tujuan dari berbagai macam organisasi, baik
yang komersial maupun yang non-komersial, sama-sama memerlukan suatu program
tindakan yang terencana. Setiap tujuan organisasi dalam pengertian yang luas
akan lebih mudah dijangkau apabila usaha pencapaiannnya juga disertai dengan
kegiatan-kegiatan PR. Sehubungan dengan keterbatasan sumber daya, khususnya
dana, maka tidak semua tujuan tersebut bisa dicapai. Satu solusi yang mungkin
adalah menempatkan kegiatan disepanjang tahun atau menyertakan banyak personel
perusahaan dalam pengerjaan tugas ini, atau keduanya.
Khalayak
12. Penetapan khalayak
Sebesar
apapun suatu organisasi tidak akan mungkin dapat menjangkau semua orang dari
berbagai publik. Bahkan, sebagian dari khalayak itu harus disisihkan jika
khalayak yang potensial terlalu luas atau bervariasi walaupun beberapa jenis
khalayak masih bisa kita jangkau melalui media-media tertentu seperti
koran,surat kabar,radio dan televisi. Disini kita juga bisa
menyaksikan beberapa perbedaan penting dan mendasar antara dunia PR dan dunia
periklanan. Khalayak periklanan itu sendiri relatif cenderung agak terbatas
dibandingkan PR, misalnya saja kalangan masyarakat tertentu yang paling
berpotensi untuk membeli suatu produk tertentu dan targetnya lebih dapat
dikotak-kotakkan sesuai dengan target yang ingin dicapai. Sedangkan khalayak PR
itu sendiri relatif lebih luas dan bervariasi dibandingkan dengan khalayak
periklanan yang khalayaknya bersifat khusus. Sehingga seorang praktisi PR harus
bisa menentukan siapa saja yang akan dijadikan suatu target khalayak yang ingin
dituju.
Media dan teknik-teknik Public Relations
13. Pemilihan media dan teknik Public Relations
Pemilihan media harus diperhitungkan secara matang
agar tingkat efisiensinya baik dan dapat dikatakan efektif. Media yang akan
dipilih harus disesuaikan dengan besarnya anggaran yang tersedia dan tidak
berlebihan yang nantinya justru akan merugikan perusahaan. Dalam kegiatan PR
itu sendiri pemilihan media itu sendiri merupakan babak pertengahan dalam suatu
kegiatan proses promosi dan pembentukan image. Beberapa langkah dalam pemilihan
media akan berpengaruh besar dan berdampak dominan pada hasil akhir.
Bila
kita membandingkan media Public Relations dan media iklan,maka akan muncul
hal-hal menarik yang berkaitan dengan kedua bidang tersebut.diantaranya sebagai
berikut:
a) Kampanye
periklanan dan kampanye PR sama-sama bisa menggunakan berbagai macam media.
Sebagai contoh, iklan bisa saja ditempatkan dimajalah mingguan yang penuh warna
atau diselebaran-selebaran biasa. Pengenalan materi pr juga mungkin dilakukan
melalui artikel fitur, atau kampanye iklan juga dapat difokskan pada Koran
harian nasional yang terkenal. Pada saat yang sama, kampanye Public Relations
juga menggunakan Koran sore regional yang tidak memuat iklan perusahaan
sehingga cakupannya dapat lebih tersebar.
b) Praktisi PR
berhubungan dengan para editor, jurnalis, serta para produser TV dan radio.
Sedangkan pada praktisi periklanan lebih banyak berhubungan dengan para manajer
iklan dari berbagai perusahaan, atau petugas iklan dimedia massa
c) Iklan sifatnya
lebih komersial dibandingkan dengan PR. Setiap kolom surat kabar atau waktu
siaran bagi iklan di radio harus dibayar. Sedangkan kolom danwaktu siar untuk
artikel pr terkadang tidak harus dibayar. Pemuatan atau penyiaran suatu materi
pr tidak bisa disamakan dengan iklan gratis, dan nilainya tidak bisa dihitung
begitu saja dengan satuan uang
d) Kampanye
periklanan biasanya terbatas pada media-media yang bisa diharapkan akan
membuahkan hasil maksimal dengan biaya serendah-rendahnya. Tersedia berbagai
sumber untuk memperoleh data statistic guna mengukur besar atau kecilnya
potensial pasar (khalayak konsumen)
e) Diatas sudah
disinggung bahwa tidak seperti duia periklanan, dunia pr dapat menggunakan
berbagi media khusus seperti jurnal-jurnal internal, bulletin, atau sekadar
majalah dinding. Peranan media khusus itu menjadi sangat penting seandainya
organisasi yang bersangkutan tidak menyediakan anggaran untuk biaya pemakaian
media komersial seperti Koran atau majalah.
14. Variasi Media PR
Media
sebagai saluran dalam kegiatan promosi dan pembentuk pemahaman public dalam
suatu program begitu banyak variasi dan berbagai tingkat efektifitas dan
besaran anggaran yang sangat beragam dan bervariatif. Berbagai variasi dari
media-media utama bagi kegiatan PR itu diantaranya :
a. Media pers
(Press)
Media ini
terdiri dari berbagai macam Koran yang beredar dimasyarakat secara umum, baik
yang berskala regional maupun nasional atau bahkan internasional; korn-loran
gratis; majalah-majalah, yang diterbitkan secara umum maupun hanya dalam jumlah
terbatas untuk kalangan tertentu; buku-buku petunjuk khusus; buku-buku tahunan
dan laporan-laporan tahunan dari berbagai lembaga yang sengaja dipublikasikan
untuk umum.
b. Audio-visual
Media ini
terdiri dari slide dan kaset dan terbentuk dalam format video (agar dapat
diputar kembali pada pesawat televisi).
c. Radio
Kategori ini
meliputi semua jenis radio, mulai dari yang berskala local,nasional,
hingga internasional seperti rekaman yang disiarkan ke radio local Inggris
melalui Two-Ten Communications (dulu bernama UMS), PR siaran luar negeri BBC,
COI (Central Office of Information) dan sebagainya.
d. Televisi
Sama halnya
dengan radio, televisi yang sering digolongkan sebagai media PR, tidak hanya
televise nasional atau regional tapi juga televise internasional (melalui COI),
termasuk pula sistem-sistem telete seperti Prestel dan Ceefax, yakni suatu
perangkat yang memungkinkan pemakaiannya memperoleh informasi-informasi yang
dibutuhkan melalui layar televisi.
e. Pameran
Dalam
melaksanakan suatu program atau kampanye PR, praktisi PR juga sering
memanfaatkan acara eksibisi atau pameran.
f. Bahan-bahan
cetakan (printed material)
Yakni berbagai
macam bahan cetakan yang bersifat mendidik, informatif, dan menghibur yang
disebarkan dalam berbagai bentuk guna mencapai tujuan PR tertentu.
g. Penerbitan buku
khusus (sponsored books)
Isi buku ini
bermacam-macam misalnya buku petunjuk penggunaan produk yang dikelurkan oleh
perusahaan perkakas elektronik dan sebagainya yang diterbitkan oleh pembuat
produk-produk yang populer.
h. Surat Langsung
(direct mail)
media ini lazim
pula digunakan sebagai alat penyampaian pesan PR. Surat seperti ini tidak hanya
ditujukan kepada orang-orang tertentu saja tapi juga kepada berbagai macam
lembaga yang sekiranya relevan atau untuk dipajang di tempat-tempat umum.
i. Pesan-pesan
lisan (spoken word)
Penyampaian
pesan PR tidak hanya dilakukan melalui media massa tapi juga bisa melalui
komunikasi langsung atau tatap muka. Kegiatan seperti ini bisa dilakukan dalam
berbagai kesempatan seperti dalam acara makan atau minum bersama, di sela-sela
pertemuan dinas, dalam pembicaraan telepon, atau dalam suatu seminar.
j. Pemberian
sponsor (sponsorship)
Suatu organisasi
atau perusahaan bisa pula menjalankan kegiatan PR-nya melalui penyediaan dana
atau dukungan tertentu atas penyelenggaraan suatu acara seni, olahraga,
ekspedisi, beasiswa universitas, sumbangan amal dan sebagainya. Kegiatan
penyediaan sponsor juga sering dilakukan dalam rangka melancarkan suatu iklan
atau mendukung usaha-usaha pemasaran, terkadang untuk alasan derma, dan sering
kaliuntuk alasan PR. Dalam setiap sponsor selalu terkandung elemen PR, karena
kegiataan ini menghasilkan nilai baik bagi organisasi yang memberikannya.
k. Jurnal
organisasi (hause journals)
Istilah
jurnal organisasi juga sering disebut sebagai ‘jurnal internal’, ‘buletin
terbatas’ atau ‘koran perusahaan’. Namun semua istilah itu mengacu pada suatu
bentuk terbitan dari sebuah perusahaan atau organisasi yang sengaja dibuat
dalam rangka mengadakan komunikasi dengan khlayak.
l. Ciri khas (house
style) dan identitas perusahaan (corporate identity)
Bentuknya bisa
bermacam-macam, tergantung pada bentuk dan karakter oerganisasinya. Ciri khas
organisasi dan identitas perusahaan ini sengaja diciptakan untuk mengingatkan
khalayak atas keberadaan organisasi yang bersangkutan.
15. Media dan Anggaran
Para perencana media Public Relations juga harus
memperhitungkan dan mempunyai rencana yang matang dalam menentukan melalui
media apa yang nantinya harus dipilih dan digunakan untuk dapat menjangkau
khalayak yang telah dipilih sebagai sasaran,tentunya juga sesuai dengan
keterbatasan anggaran yang ada yang sudah diperhitungkan oleh pihak management.
Praktisi PR harus bisa memilih media yang efektif namun sesuai dengan anggaran
yang disiapkan pihak manajemen,sehingga setiap proses tidak menjadi sia-sia
dimana perusahaan tidak mengalami kerugian dan bahkan mendapatkan manfaat yang
positif dari program yang telah dibentuk dan dijalankan dari pihak manajemen
organisasi atau perusahaan.
ANGGARAN
16. Biaya-biaya perencanaan
Public Relations merupakan suatu kegiatan yang padat
karya, sehingga pos pengeluaran terbesar dihabiskan untuk membayar pemakaian
jam kerja alias gaji pegawai. Pos pengeluaran lain yang cukup besar juga
melibatkan pemakaian alat-alat canggih seperti kamera video,computer,hingga
mesin cetak modern. Biaya-biaya perencanaan harus diperhitungkan secara nominal
dan tingkat efektifitasnya sehingga tidak menjadi sia-sia. Penghitungan dan
persiapan dana dimulai dari persiapan dana yang akan digunakan untuk membiayai
media apa yang akan dipilih dan digunakan sebagai saluran promosi,dana untuk
transportasi dan dana untuk berbagai program-program lainnya.
PENGUKURAN HASIL
17. Pengukuran keberhasilan atau kegagalan
Faktor pengukuran keberhasilan atau kegagalan
berdasarkan model perencanaan Public Relations merupakan faktor yang penting setelah
mempersiapkan dan menghitung anggaran yang akan digunakan dalam menjalankan
fungsi Public Relations dan juga sebagai langkah akhir dari suatu sistem proses
kinerja yang panjang. Hal ini karena pengukuran hasil merupakan proses evaluasi
dari kinerja baik jangka panjang maupun jangka pendek,untuk mengetahui sejauh
mana hasil yang telah dicapai. Sebuah proses yang panjang yang dimulai dari
mengumpulkan opini dari berbagai pihak dan media,menentukan khalayak yang akan
menjadi sasaran target ,menyiapkan anggaran yang akan digunakan untuk hal yang
berkaitan dalam menjalankan proses dalam kegiatan promosi, memilih media yang
efektif,hingga dalam suatu proses-proses tersebut harus dipantau sejauh mana
tingkat keberhasilan dan keefektifitasannya dengan melakukan pengukuran hasil
agar dapat mengetahui apa saja yang sudah diraih sehingga mendapatkan gambaran
dalam menentukan arah dalam langkah berikutnya.
Terdapat tiga hal pokok yang berkaitan dengan proses
evaluasi yang berkenaan dengan program dari kegiatan PR,diantaranya:
a) Teknik-teknik
penelitian yang digunakan untuk mengenali situasi seringkali juga dimanfaatkan
guna mengevaluasi berbagai hasil yang telah dicapai dari segenap kegiatan yang
telah dilaksanakan. Metode pengumpulan pendapat atau uji sikap merupakan dua
metode yang paling lazim digunakan.
b) Metode-metode
evaluasi hasil biasanya diterapkan pada tahapan perencanaan. Namun jika
diperlukan,penyesuaian bisa dilakukan selama berlangsungnya proses pelaksanaan
dari program Public Relations yang bersangkutan.
c) Setiap program
PR harus memiliki tujuan yang pasti,sehingga perlu menetapkan target-target
tertentu yang nantinya akan digunakan sebagai tolak ukur atau media
perbandingan dari hasil riil atau nyata dari yang telah dicapai dan diperoleh.
Unsur kualitatif yang digunakan sebagai tolak ukur adalah liputan oleh media
massa. Sikap-sikap media massa yang lebih simpatik terhadap suatu organisasi
bisa pula dipandang sebagai salah satu bukti suatu keberhasilan atas segenap
kegiatan PR yang sudah dilakukan secara sistematis oleh organisasi atau
perusahaan tersebut.
BAB III
KESIMPULAN
Jadi, seorang praktisi Public Relations harus memiliki
perencanaan yang matang dalam membuat suatu program kerja dan harus secara
efisien menjalankan proses tersebut. Perencanaan dan Pemrograman dijadikan
kompas kinerja yang akan menjadi patokan dan skala dalam menjalankan fungsi
management. Perencanaan itu sendiri terdiri dari yang berwujud (fisik) dan yang
tak berwujud (Non fisik). Seorang praktisi PR harus memikirkan langkah apa saja
yang akan diambil dalam mewujudkan suatu sistem yang baik dan terencana agar
tidak salah arah dalam proses kinerjanya.
Perencanaan yang baik serta pembentukan suatu
program yang efektif dan efisien akan berdampak positif bagi perusahaan dan
organisasi bersangkutan. Hal ini secara otomatis menguntungkan secara materi
bagi perusahaan dalam jangka waktu tertentu dari hasil kinerja tersebut. Membuat
program juga harus direncanakan secara matang agar program yang akan dipilih
dan dijalankan akan efektif dan akan menghasilkan hasil yang maksimal. Dapat
disimpulkan bahwa dalam menjalankan fungsi management,seorang PR harus
memfikirkan tentang langkah apa yang akan diambil dan kemana nasib perusahaan
akan dibawanya, kemudian membuat suatu kegiatan perencanaan yang baik dengan
disertakan program-program dan media apa yang akan dipilih agar secara efektif
meningkatkan minat positif bagi khalayak. Perencanaan itu sendiri terdiri atas
mengumpulkan opini public,menyiapkan anggaran,memilih media yang efektif dan
efisien dan kemudian menjalankan program-program yang sudah dibentuk.
Daftar Pustaka
Drs.Morissan,
S.H, M.A.,Management Public Relations; Strategi menjadi humas professional,2008.
Jefkins,Frank. Public
Relations,2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar